Sejauh ini orang mengenal tela ungu hanya sebatas untuk membuat keripik, atau makanan rebus biasa. Bahkan, banyak yang menganggap tela ungu adalah makanan kampung yang mulai tidak dilirik lagi.
Tapi, berbeda dengan Fitri Sundari pemilik toko kue Tsabita, yang awalnya hanya tertarik dengan segala sesuatu yang berwarna ungu.
“Saya ingin, bagaimana agar tela ungu ini diolah dimodifikasi sehingga kemudian diminati banyak orang,” kata Fitri, di lokasi usahanya di Jalan Semenromo 46, Ngruki, Cemani, Sukoharjo, Jawa Tengah.
Berawal dari browsing internet, Fitri menemukan bahwa tela ungu memiliki banyak manfaat. Seperti, mengandung banyak antioksidan, dan warna ungu dalam tela tersebut juga ada manfaatnya.
Tawangmangu adalah salah satu daerah penghasil utama. Saat ini ia pun bisa memaksimalkan potensi tela ungu yang diproduksi petani. “Sebelumnya, kami pernah survei di Tawangmangu, pemanfaatan tela ungu itu maksimal hanya untuk keripik,” ujarnya seperti dikutip dari Solopos
Dengan berkali-kali melakukan percobaan, Tsabita pun akhirnya bisa memodifikasi tela ungu itu menjadi beragam bentuk kue dan roti. Hanya melalui proses dikukus, dihaluskan kemudian dibuat roti.
“Kami sudah mencoba sekitar 30 item cake tela ungu. Seperti, variasi cake, muffin, brownis, filling roti manis, hingga snack tradisional. Inovasi ini kami buat tanpa bahan pengawet. Sehingga, PR kami ke depan adalah bagaimana membuat hasil cake tadi terutama filling roti itu bisa lebih awet,” paparnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar