Sejauh ini orang mengenal tela ungu hanya sebatas untuk membuat keripik, atau makanan rebus biasa. Bahkan, banyak yang menganggap tela ungu adalah makanan kampung yang mulai tidak dilirik lagi.
Tapi, berbeda dengan Fitri Sundari pemilik toko kue Tsabita, yang awalnya hanya tertarik dengan segala sesuatu yang berwarna ungu.
“Saya ingin, bagaimana agar tela ungu ini diolah dimodifikasi sehingga kemudian diminati banyak orang,” kata Fitri, di lokasi usahanya di Jalan Semenromo 46, Ngruki, Cemani, Sukoharjo, Jawa Tengah.
Berawal dari browsing internet, Fitri menemukan bahwa tela ungu memiliki banyak manfaat. Seperti, mengandung banyak antioksidan, dan warna ungu dalam tela tersebut juga ada manfaatnya.
Tawangmangu adalah salah satu daerah penghasil utama. Saat ini ia pun bisa memaksimalkan potensi tela ungu yang diproduksi petani. “Sebelumnya, kami pernah survei di Tawangmangu, pemanfaatan tela ungu itu maksimal hanya untuk keripik,” ujarnya seperti dikutip dari Solopos
Dengan berkali-kali melakukan percobaan, Tsabita pun akhirnya bisa memodifikasi tela ungu itu menjadi beragam bentuk kue dan roti. Hanya melalui proses dikukus, dihaluskan kemudian dibuat roti.
“Kami sudah mencoba sekitar 30 item cake tela ungu. Seperti, variasi cake, muffin, brownis, filling roti manis, hingga snack tradisional. Inovasi ini kami buat tanpa bahan pengawet. Sehingga, PR kami ke depan adalah bagaimana membuat hasil cake tadi terutama filling roti itu bisa lebih awet,” paparnya.
MESIN ROTI, MESIN BAKERY & UTENSILL, SPARE PART MESIN ROTI, BONGKAR PASANG ROTARY OVEN
Selasa, 26 Februari 2013
Lezatnya Roti dari Tela Ungu
Label:
alat roti,
info alat roti,
Kiat Bisnis Roti,
Kiat sukses,
kuliner,
kursus roti,
mesin bakery,
Mesin roti,
mixer roti,
narasi bebas,
oven roti,
proofer,
toko roti,
usaha roti,
usaha sampingan
Jumat, 22 Februari 2013
Membuat Ubi Jadi Berkelas
Mengonsumsi makanan tradisional berbahan baku seperti singkong, ubi jalar, pisang yang direbus dan digoreng tentu sudah biasa. Bagaimana jadinya jika panganan kampung itu diubah sebagai camilan berkelas?
Ya, di tangan Agustina Herlina, warga Jalan Nangka Raya 29, Lamper Kidul, Semarang, makanan tersebut diubah menjadi berkelas. Yaitu stik renyah ubi jalar, sirup dan abon yang dihasilkannya sejak tahun 2001.
’’Selama ini ubi jalar hanya dimasak menjadi kolak, digoreng atau direbus, sehingga tidak memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Kemudian saya mencoba untuk berinovasi menjadikan ubi sebagai camilan stik renyah dan sirup,’’ kata Agustina.
Agustina ingin menambah keanekaragaman makanan camilan di kota Semarang. Masyarakat Semarang, kata dia, tentu sangat mengenal ubi jalar. Popularitasnya sebagai panganan sejajar dengan singkong, pisang dan sejenisnya. Namun ubi jalar memiliki ciri khas sendiri, dapat pula dijadikan menjadi stik yang renyah dan gurih.
Stik menjadi salah satu produk yang paling diminati, utamanya anak-anak. Proses pembuatannya pun cukup rumit. Menurut ibu dari dua putra ini, ubi jalar yang sudah dipilih lalu dikupas dan dibersihkan. Yang perlu diingat, ubi jalar yang dipilih adalah ubi yang memiliki kualitas bagus dengan tekstur halus sehingga saat diolah lebih bagus dan mudah. Khusus untuk mencari ubi jalar berkualitas nomer satu itu, Agustina berburu hingga Ungaran dan sekitarnya.
“Di daerah Ungaran kan lahan pertanian masih luas sehingga di sana masih banyak lahan ubi jalar,” katanya.
Setelah dikuliti dan dibersihkan, ubi itu kemudian dipotong dengan menggunakan mesin yang dibelinya seharga Rp 15 juta. Proses pemotongan ini akan memisahkan mana ubi yang memiliki potongan bagus dan mana yang tidak. Yang bagus ini kemudian disortir dan dimasukan ke proses coating atau memberi lapisan pada ubi jalar. Lapisan yang digunakan biasanya tepung beras atau jagung. Hal ini dilakukan agar saat digoreng ubi jalar tidak rusak.
“Ubi jalar itu pengelolaannya tidak gampang butuh perhatian dan keseriusan, rusak sedikit, rasanya sudah lain,” terangnya.
Dalam satu minggu dibutuhkan sekitar 500 kilogram ubi jalar berkualitas bagus untuk memenuhi permintaan pasar. Untuk 100 kilogram atau satu kwintal ubi jalar, bisa diolah menjadi 200 kemasan stik.
Setiap kemasan dengan berat masing-masing mulai 450 gram. Sedangkan minyak goreng yang dibutuhkan sekitar 5 liter tiap 100 kilogramnya. Untuk kemasan, dia menggunakan mesin pengemasan otomatis sehingga lebih kuat dan stiknya bisa lebih awet.
“Pengemasan merupakan salah satu proses yang penting dalam produksi, makanya saya pilih menggunakan mesin sealer otomatis yang bisa diatur hingga suhunya mencapai 150 derajat celsius. Selain itu plastik yang digunakan tidak sembarangan yakni menggunakan yang berbahan baku polyethylene yang tahan hingga suhunya 80 derajat celsius atau bau menyengat,’’ papar Agustina.
Berkat inovasi, ketekunan dan kerja kerasnya usahanya semakin sukses dan berkembang. Produksinya mulai merambah ke beberapa daerah. Selain sejumlah pasar tradisional, supermarket dan retail modern pun juga menampung hasil produksinya. ’’Saya berharap produk yang saya hasilkan bisa dikonsumsi masyarakat luas. Untuk meningkatkan usaha saya ini, ke depannya akan mencoba menggali ide untuk inovasi produk lagi,’’ terang dia.
Ya, di tangan Agustina Herlina, warga Jalan Nangka Raya 29, Lamper Kidul, Semarang, makanan tersebut diubah menjadi berkelas. Yaitu stik renyah ubi jalar, sirup dan abon yang dihasilkannya sejak tahun 2001.
’’Selama ini ubi jalar hanya dimasak menjadi kolak, digoreng atau direbus, sehingga tidak memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Kemudian saya mencoba untuk berinovasi menjadikan ubi sebagai camilan stik renyah dan sirup,’’ kata Agustina.
Agustina ingin menambah keanekaragaman makanan camilan di kota Semarang. Masyarakat Semarang, kata dia, tentu sangat mengenal ubi jalar. Popularitasnya sebagai panganan sejajar dengan singkong, pisang dan sejenisnya. Namun ubi jalar memiliki ciri khas sendiri, dapat pula dijadikan menjadi stik yang renyah dan gurih.
Stik menjadi salah satu produk yang paling diminati, utamanya anak-anak. Proses pembuatannya pun cukup rumit. Menurut ibu dari dua putra ini, ubi jalar yang sudah dipilih lalu dikupas dan dibersihkan. Yang perlu diingat, ubi jalar yang dipilih adalah ubi yang memiliki kualitas bagus dengan tekstur halus sehingga saat diolah lebih bagus dan mudah. Khusus untuk mencari ubi jalar berkualitas nomer satu itu, Agustina berburu hingga Ungaran dan sekitarnya.
“Di daerah Ungaran kan lahan pertanian masih luas sehingga di sana masih banyak lahan ubi jalar,” katanya.
Setelah dikuliti dan dibersihkan, ubi itu kemudian dipotong dengan menggunakan mesin yang dibelinya seharga Rp 15 juta. Proses pemotongan ini akan memisahkan mana ubi yang memiliki potongan bagus dan mana yang tidak. Yang bagus ini kemudian disortir dan dimasukan ke proses coating atau memberi lapisan pada ubi jalar. Lapisan yang digunakan biasanya tepung beras atau jagung. Hal ini dilakukan agar saat digoreng ubi jalar tidak rusak.
“Ubi jalar itu pengelolaannya tidak gampang butuh perhatian dan keseriusan, rusak sedikit, rasanya sudah lain,” terangnya.
Dalam satu minggu dibutuhkan sekitar 500 kilogram ubi jalar berkualitas bagus untuk memenuhi permintaan pasar. Untuk 100 kilogram atau satu kwintal ubi jalar, bisa diolah menjadi 200 kemasan stik.
Setiap kemasan dengan berat masing-masing mulai 450 gram. Sedangkan minyak goreng yang dibutuhkan sekitar 5 liter tiap 100 kilogramnya. Untuk kemasan, dia menggunakan mesin pengemasan otomatis sehingga lebih kuat dan stiknya bisa lebih awet.
“Pengemasan merupakan salah satu proses yang penting dalam produksi, makanya saya pilih menggunakan mesin sealer otomatis yang bisa diatur hingga suhunya mencapai 150 derajat celsius. Selain itu plastik yang digunakan tidak sembarangan yakni menggunakan yang berbahan baku polyethylene yang tahan hingga suhunya 80 derajat celsius atau bau menyengat,’’ papar Agustina.
Berkat inovasi, ketekunan dan kerja kerasnya usahanya semakin sukses dan berkembang. Produksinya mulai merambah ke beberapa daerah. Selain sejumlah pasar tradisional, supermarket dan retail modern pun juga menampung hasil produksinya. ’’Saya berharap produk yang saya hasilkan bisa dikonsumsi masyarakat luas. Untuk meningkatkan usaha saya ini, ke depannya akan mencoba menggali ide untuk inovasi produk lagi,’’ terang dia.
Label:
alat roti,
bisnis roti,
Kiat Bisnis Roti,
Kiat sukses,
kuliner,
kursus roti,
mesin bakery,
Mesin roti,
mixer roti,
oven roti,
proofer,
resep roti,
toko roti,
usaha roti,
usaha sampingan
Senin, 18 Februari 2013
Biskuit Lele: Olahan Kreatif Padat Gizi
Ikan lele adalah salah satu jenis ikan air tawar yang paling mudah dijumpai dan dibudidayakan di Indonesia. Ikan berpatil ini umumnya dikonsumsi dengan cara digoreng, dibakar atau diolah menjadi pecel lele yang populer di berbagai daerah. Namun, siapa sangka ikan lele juga bisa menjadi bahan baku pembuatan biskuit penambah gizi yang cita rasanya lezat?
Di pasaran sekarang ini jarang sekali ditemukan produk biskuit yang mengandung protein hewani terutama dari daging ikan. Tetapi beberapa ilmuwan dari dua perguruan tinggi di Indonesia mengembangkan jenis biskuit yang mengandung nutrisi tinggi. Penggagasnya adalah 3 orang akademisi, yaitu Prof. Clara M. Kusharto, M. Sc. dan Sri Anna Marliyanti dari Departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor dan Annis Catur Adi dari Unair (Universitas Airlangga).
Diilhami oleh sebuah penelitian sejenis yang dilakukan di tahun 2004 di Ambon, ketiganya mencoba memodifikasi bahan baku biskuit. Di penelitian sebelumnya, bahan bakunya ialah ikan teri tetapi di penelitian ini menggunakan bahan baku yang lebih banyak tersedia di sekitar tempat pengembangannya, yaitu di Sukabumi. Karena ikan lele lebih mudah dikembangbiakkan dan diperoleh di daerah Sukabumi, bahan baku ikan teri pun diganti.
Mengenai cara pengolahan ikan lele hingga menjadi biskuit lele tersebut, dijelaskan oleh Risti, staf Prof. Clara, awalnya ikan lele dibuat menjadi fillet. Dipisahkan kulit, daging, duri, kepala dan isi perutnya. Sementara kulit disisihkan karena mengandung lemak tinggi dan akan membuat warna biskuit hitam jika dimasukkan. Kulit ini bisa diolah lebih lanjut menjadi kepingan atau chip yang bisa dikonsumsi. Namun, bagian utama yang dimanfaatkan adalah daging dan kepala ikan yang kemudian diolah secara terpisah menjadi tepung daging dan tepung kepala ikan lele.
Biskuit bergizi yang berbahan tepung ikan ini diklaim mengandung protein tinggi, asam amino dan asam lemak esensial, vitamin dan mineral bermanfaat untuk tubuh terutama anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan. Uniknya, dibandingkan produk-produk biskuit untuk balita yang ada di pasaran, kandungan protein yang dikandung biskuit lele ini sekitar 5 kali lipat lebih tinggi. Kandungan kalsium, meskipun belum terukur, bisa diperkirakan lebih tinggi karena bahan bakunya juga tepung kepala ikan lele.
Saat disinggung mengenai nilai gizi secara detil, Risti menjelaskan nilai kandungan gizi dalam biskuit: energi kulit (1 kali saji/ 50 g) sebanyak 240 kalori. Energi dari lemak 60 kalori. Lemak total 11 gram (22% AKG). Protein 10 gram (20% AKG). Karbohidrat 27 gram (9% AKG). Semuanya berdasarkan persen Angka Kecukupan Gizi untuk manusia dengan kebutuhan energi 2000 kalori.
Manfaat bagi kesehatan tubuh yang bisa didapatkan yaitu membantu pertumbuhan anak, menjaga kesehatan lansia, membantu proses penyembuhan. Selain itu, mengingat Indonesia adalah negara yang rawan bencana, biskuit ini juga bisa dikonsumsi sebagai pangan bergizi darurat yang mudah dibawa dalam perjalanan atau didistribusikan ke daerah-daerah bencana.
Di bulan Oktober ini direncanakan mulai dilakukan percobaan mesin. Selama ini biskuit lele ini diproduksi dalam industri rumahan di Bogor. Ingin mencoba mencicipi? Anda bisa mendapatkan 1 kemasan plastik biskuit lele ini seharga Rp 25.000 yang berisi 6 bungkus kecil untuk konsumsi per hari. Dan meskipun didesain untuk menjadi bahan pangan segala usia, biskuit ini bisa dikonsumsi oleh balita untuk merangsang pertumbuhan gigi mereka.
Di pasaran sekarang ini jarang sekali ditemukan produk biskuit yang mengandung protein hewani terutama dari daging ikan. Tetapi beberapa ilmuwan dari dua perguruan tinggi di Indonesia mengembangkan jenis biskuit yang mengandung nutrisi tinggi. Penggagasnya adalah 3 orang akademisi, yaitu Prof. Clara M. Kusharto, M. Sc. dan Sri Anna Marliyanti dari Departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor dan Annis Catur Adi dari Unair (Universitas Airlangga).
Diilhami oleh sebuah penelitian sejenis yang dilakukan di tahun 2004 di Ambon, ketiganya mencoba memodifikasi bahan baku biskuit. Di penelitian sebelumnya, bahan bakunya ialah ikan teri tetapi di penelitian ini menggunakan bahan baku yang lebih banyak tersedia di sekitar tempat pengembangannya, yaitu di Sukabumi. Karena ikan lele lebih mudah dikembangbiakkan dan diperoleh di daerah Sukabumi, bahan baku ikan teri pun diganti.
Mengenai cara pengolahan ikan lele hingga menjadi biskuit lele tersebut, dijelaskan oleh Risti, staf Prof. Clara, awalnya ikan lele dibuat menjadi fillet. Dipisahkan kulit, daging, duri, kepala dan isi perutnya. Sementara kulit disisihkan karena mengandung lemak tinggi dan akan membuat warna biskuit hitam jika dimasukkan. Kulit ini bisa diolah lebih lanjut menjadi kepingan atau chip yang bisa dikonsumsi. Namun, bagian utama yang dimanfaatkan adalah daging dan kepala ikan yang kemudian diolah secara terpisah menjadi tepung daging dan tepung kepala ikan lele.
Biskuit bergizi yang berbahan tepung ikan ini diklaim mengandung protein tinggi, asam amino dan asam lemak esensial, vitamin dan mineral bermanfaat untuk tubuh terutama anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan. Uniknya, dibandingkan produk-produk biskuit untuk balita yang ada di pasaran, kandungan protein yang dikandung biskuit lele ini sekitar 5 kali lipat lebih tinggi. Kandungan kalsium, meskipun belum terukur, bisa diperkirakan lebih tinggi karena bahan bakunya juga tepung kepala ikan lele.
Saat disinggung mengenai nilai gizi secara detil, Risti menjelaskan nilai kandungan gizi dalam biskuit: energi kulit (1 kali saji/ 50 g) sebanyak 240 kalori. Energi dari lemak 60 kalori. Lemak total 11 gram (22% AKG). Protein 10 gram (20% AKG). Karbohidrat 27 gram (9% AKG). Semuanya berdasarkan persen Angka Kecukupan Gizi untuk manusia dengan kebutuhan energi 2000 kalori.
Manfaat bagi kesehatan tubuh yang bisa didapatkan yaitu membantu pertumbuhan anak, menjaga kesehatan lansia, membantu proses penyembuhan. Selain itu, mengingat Indonesia adalah negara yang rawan bencana, biskuit ini juga bisa dikonsumsi sebagai pangan bergizi darurat yang mudah dibawa dalam perjalanan atau didistribusikan ke daerah-daerah bencana.
Di bulan Oktober ini direncanakan mulai dilakukan percobaan mesin. Selama ini biskuit lele ini diproduksi dalam industri rumahan di Bogor. Ingin mencoba mencicipi? Anda bisa mendapatkan 1 kemasan plastik biskuit lele ini seharga Rp 25.000 yang berisi 6 bungkus kecil untuk konsumsi per hari. Dan meskipun didesain untuk menjadi bahan pangan segala usia, biskuit ini bisa dikonsumsi oleh balita untuk merangsang pertumbuhan gigi mereka.
Perlu diketahui pula bahwa biskuit lele ini adalah inovasi dalam bidang pangan yang terpilih sebagai satu di antara 103 inovasi yang diseleksi oleh Business Innovation Center Indonesia.
Label:
alat roti,
info alat roti,
Katalog Produk,
Kiat sukses,
kuliner,
kursus roti,
mesin bakery,
Mesin roti,
mixer roti,
oven roti,
proofer,
resep roti,
toko roti,
usaha roti,
usaha sampingan
Jumat, 15 Februari 2013
12 Prinsip Guerilla Marketing bagi Bisnis Rumahan
Perusahaan besar umumnya memiliki anggaran marketing yang besar dan staf yang jumlahnya ratusan bahkan ribuan. Tak heran, mereka ini menghabiskan ratusan juta Rupiah untuk beriklan.
Namun, masalahnya tidak semua perusahaan seperti itu. Apalagi jika kita membahas tentang bisnis rumahan. Perbedaannya akan sangat besar, seperti bumi dan langit. Lalu,apa yang bisa Anda lakukan jika Anda seorang pebisnis rumahan? Apakah Anda harus menyerah karena terbatasnya anggaran untuk beriklan?
Untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar ini, pemilik bisnis rumahan tak perlu gentar. Pahamilah prinsip-prinsip guerilla marketing berikut ini.
1. Investasi terbesar Anda ialah waktu, energi, dan imajinasi, bukan uang.
2. Penting untuk memahami copywriting, sehingga Anda bisa memahami dan berkomunikasi langsung pada audiens sasaran dalam semua salinan penjualan Anda.
3. Penting untuk mengukur upaya marketing yang dilaksanakan berdasarkan laba, bukan volume penjualan.
4. Marketing yang sukses bersandar pada pengetahuan mengenai angka dan mengetahui kebiasaan audiens sasaran, bukan hanya menerka-nerka.
5.Fokus pada kualitas tinggi dalam produk dan jasa Anda. Saat Anda memutuskan memperluas jajaran produk Anda, pastikan apa yang Anda jual itu berhubungan erat dengan produk utama. Selalu berpikir mengutamakan kualitas tinggi dan hindari kualitas rendah yang menghancurkan reputasi.
6.Jangan menyerah untuk mendapatkan pelanggan baru, tetapi di saat yang sama juga carilah cara untuk merawat pelanggan setia dan transaksi yang lebih besar dari basis pelanggan yang ada.
7. Carilah peluang untuk bekerjasama dengan pihak lain untuk memajukan usaha, bahkan jika itu adalah pesaing Anda.
8.Temukan kombinasi strategi marketing yang menghasilkan hasil terbaik untuk Anda. Misalnya, bisa jadi itu gabungan antara penggunaan blog, artikel, dan jejaring sosial, serta kartu pos. Setiap bagian kanal marketing Anda akan membantu pekerjaan lain.
9. Fokus pada terbangunnya hubungan baru dalam berbisnis. Hubungan yang baik dapat menggiring kita ke naiknya angka penjualan di masa depan.
10.Teknologi adalah teman Anda. Jangan menyia-nyiakannya. Perkembangan terbaru dalam teknologi memberikan peluang untuk memaksimalkan marketing bisnis rumahan Anda setiap harinya.
11. Terdapat banyak alat yang tersedia yang akan mebantu meningkatkan keuntungan. Banyak yang gratis.
12.Jaga agar tetap sederhana. Jangan mempersulit dan membuat menjadi lebih kompleks. Ini akan mempermudah Anda mengendalikan bisnis.
Label:
alat roti,
bisnis roti,
info alat roti,
Info pameran roti,
Kiat Bisnis Roti,
Kiat sukses,
kuliner,
kursus roti,
mesin bakery,
Mesin roti,
mixer roti,
oven roti,
proofer,
resep roti,
toko roti,
usaha roti
Selasa, 12 Februari 2013
Populerkan Merek dengan Waralaba
Siapa tak kenal sistem waralaba alias franchise sekarang ini? Waralaba bisa didefinisikan sebagai sebuah perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual (HAKI) atau pertemuan dari ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain tersebut dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan jasa.
Kadang pebisnis merasa putus asa saat menghadapi berbagai kendala dalam memasarkan merek yang ia miliki. Nah, jika Anda juga menghadapi problem serupa (merek tak kunjung dikenal orang). Jangan khawatir, mungkin sistem waralaba adalah jawaban yang Anda tunggu selama ini. Lalu seberapa menguntungkannya jika kita membuat sebuah waralaba dengan merek yang kita miliki?
Menurut Peni R. Pramono, konsultan keuangan dan pelatih kewirausahaan, kemitraan bisa dibangun untuk membuat lebih banyak orang menyadari kehadiran merek Anda di pasar (meningkatkan brand awaraness). Selain itu, risiko yang kita tanggung sendirian pada awalnya bisa dibagi-bagikan kepada mitra. Kemitraan membuat merek kita bisa menjangkau lebih banyak pasar dan dengan sendirinya membuat lebih banyak orang mengenal dan menggunakannya.
Lalu untuk membangun kemitraan atau partnership, kita juga perlu banyak persiapan. Sebuah poin penting yang patut diingat sebelum mengembangkan merek menjadi sebuah sistem waralaba ialah bahwa bisnis waralaba intinya adalah menduplikasi atau mereproduksi apa yang sudah ada. Pewaralaba (franchisor) perlu cermat dalam memilih hal-hal yang bisa dibagikan kepada para terwaralaba (franchisee) karena jika kurang cermat, hal-hal yang seharusnya tetap menjadi ‘resep rahasia dapur’ menjadi terbuka ke banyak orang.
Bagi pemilik merek/ usaha yang ingin berfokus pada pemantapan kualitas produk dan merek yang ia jual, menyewa jasa seorang konsultan dan agensi merupakan solusi terpraktis untuk membangun sistem waralaba bagi merek Anda. Mereka inilah yang akan melaksanakan riset pemetaan untuk Standard Operational Procedure (SOP) yang akan dibagikan kepada para terwaralaba. Agensi juga bisa memberikan bantuan dalam menemukan mitra yang setara.
Kadang pebisnis merasa putus asa saat menghadapi berbagai kendala dalam memasarkan merek yang ia miliki. Nah, jika Anda juga menghadapi problem serupa (merek tak kunjung dikenal orang). Jangan khawatir, mungkin sistem waralaba adalah jawaban yang Anda tunggu selama ini. Lalu seberapa menguntungkannya jika kita membuat sebuah waralaba dengan merek yang kita miliki?
Menurut Peni R. Pramono, konsultan keuangan dan pelatih kewirausahaan, kemitraan bisa dibangun untuk membuat lebih banyak orang menyadari kehadiran merek Anda di pasar (meningkatkan brand awaraness). Selain itu, risiko yang kita tanggung sendirian pada awalnya bisa dibagi-bagikan kepada mitra. Kemitraan membuat merek kita bisa menjangkau lebih banyak pasar dan dengan sendirinya membuat lebih banyak orang mengenal dan menggunakannya.
Lalu untuk membangun kemitraan atau partnership, kita juga perlu banyak persiapan. Sebuah poin penting yang patut diingat sebelum mengembangkan merek menjadi sebuah sistem waralaba ialah bahwa bisnis waralaba intinya adalah menduplikasi atau mereproduksi apa yang sudah ada. Pewaralaba (franchisor) perlu cermat dalam memilih hal-hal yang bisa dibagikan kepada para terwaralaba (franchisee) karena jika kurang cermat, hal-hal yang seharusnya tetap menjadi ‘resep rahasia dapur’ menjadi terbuka ke banyak orang.
Bagi pemilik merek/ usaha yang ingin berfokus pada pemantapan kualitas produk dan merek yang ia jual, menyewa jasa seorang konsultan dan agensi merupakan solusi terpraktis untuk membangun sistem waralaba bagi merek Anda. Mereka inilah yang akan melaksanakan riset pemetaan untuk Standard Operational Procedure (SOP) yang akan dibagikan kepada para terwaralaba. Agensi juga bisa memberikan bantuan dalam menemukan mitra yang setara.
Label:
alat roti,
bisnis roti,
info alat roti,
Info pameran roti,
Kiat Bisnis Roti,
Kiat sukses,
kuliner,
kursus roti,
mesin bakery,
Mesin roti,
mixer roti,
oven roti,
resep roti,
toko roti,
usaha roti,
usaha sampingan
Jumat, 08 Februari 2013
Sunarto, Jatuh Bangun Kelola Sate Tegal "Laka-Laka"
Memilih pensiun dini sebagai wartawan, Sunarto banting setir menekuni bisnis kuliner dengan mendirikan warung sate tegal sejak tahun 2003. Padahal karier lulusan Universitas Diponegoro, Semarang ini sebenarnya tengah di moncer-moncernya di surat kabar nasional di Ibu Kota.
"Saya tertarik bisnis kuliner antara lain didorong saat sering liputan dan menangani rubrik tentang kuliner," ujar Narto, panggilan rekan-rekannya saat masih di media. Saat memulai, dia mengaku dapat pinjaman modal dari saudaranya.
Namun, jalan yang dilalui ayah dari Raidha ini cukup terjal dan berliku. Saat mulai membuka warung dia langsung dihadang masalah. tanah yang dia beli untuk mendirikan warung di daerah Cibinong ternyata jalur hijau. Sehingga baru sekitar enam bulan bangunan permanen dua tingkat didirikan dan warung dibuka terkena penggusuran.
Dia, istri dan anak semata wayang menyaksikan langsung penggusuran bangunan yang menghabiskan puluhan juta saat dibangun itu. Dia mengaku salah dan tertipu saat membeli tanah. Namun Narto justru mendapat jalan di tengah penggusuran itu. "Habis penggusuran saya malah ditawari petugas Trantib untuk mendirikan tenda di depan Kantor Pemkab Bogor di Cibinong," ujar Narto.
Tawaran itu langsung ditangkap. Dia mendirikan warung tenda dengan menu bebek goreng yang dinamakan "Bego". Selain tentu saja menu sate kambing. Perlahan tapi pasti warungnya banyak pembelinya. Hanya berselang dua bulan dia membuka satu cabang masih tak jauh dari lokasi yang pertama. Tak lama kemudian satu warung tenda dibuka lagi. Sehingga dalam waktu setahun setelah tergusur dia bisa mendirikan tiga warung tenda.
Merasa terlanjur "basah" di bisnis kuliner, Narto mengaku semakin menekuni kegiatannya itu. Apalagi ada 20 karyawan yang bekerja pada dia. Untuk itu tak jarang, sehabis menutup warung tenda ditengah malam, dia lanjutkan belanja sayuran ke pasar hingga subuh. Usaha-usaha pengembangan tak henti dilakukan. "Terpenting adalah mencari lokasi yang tepat," ujarnya.
Setelah berkali-kali tak berhasil, akhirnya dia mendapatkan lahan sewa di pinggir jalan baru Bogor-Parung. Di tempat yang kini semakin ramai setelah dibukanya jalan tol luar Bogor itu Narto menyewa lahan seluas 200 meter persegi selama 10 tahun untuk dirikan warung sate "Laka-laka" tahun 2010. Berarti dia butuh waktu tujuh tahun untuk bisa bangkit mendirikan warung lagi.
Pilihan Narto tidak salah. Warung yang didirikan di atas lahan sewa itu banyak dikunjungi pembeli. Menunya pun bervariasi. Selain menu utama sate kambing, dia juga menjual bebek goreng, ayam goreng, sop sapi, sate ayam, sop kambing. Selain berbagai minuman. Ia pun mengajak keluarga pemilik lahan itu untuk menjual es kelapa muda. Dia menyebut rata-rata untuk kambing dia bisa menghabiskan lima ekor.
Bulan Juni 2012, dia kembali membuka cabang sate "Laka-laka" di Kota Bogor. Di kawasan kuliner itu, dia mengaku menginvestasikan dana sekitar Rp 750 juta untuk sewa lahan dan mendirikan restoran. Kini dia lebih fokus mengelola dua restonya. Tiga warung tenda sudah ditutup. "Anak-anak (karyawan-red) pada ogah disuruh kerja di warung tenda mas. Jadi saat saya gilir ke sini pada tidak mau lagi ke warung tenda," ujarnya.
Sekarang Narto semakin menata pengelolaan usahanya. Dari sekitar 40 karyawan yang bergabung di bagi dalam dua bagian yaitu bagian produksi dan bagian pelayanan. Sedang untuk yang bertugas pada kasir, dalam sehari tiga kali melaporkan ke dia.
"Saya tertarik bisnis kuliner antara lain didorong saat sering liputan dan menangani rubrik tentang kuliner," ujar Narto, panggilan rekan-rekannya saat masih di media. Saat memulai, dia mengaku dapat pinjaman modal dari saudaranya.
Namun, jalan yang dilalui ayah dari Raidha ini cukup terjal dan berliku. Saat mulai membuka warung dia langsung dihadang masalah. tanah yang dia beli untuk mendirikan warung di daerah Cibinong ternyata jalur hijau. Sehingga baru sekitar enam bulan bangunan permanen dua tingkat didirikan dan warung dibuka terkena penggusuran.
Dia, istri dan anak semata wayang menyaksikan langsung penggusuran bangunan yang menghabiskan puluhan juta saat dibangun itu. Dia mengaku salah dan tertipu saat membeli tanah. Namun Narto justru mendapat jalan di tengah penggusuran itu. "Habis penggusuran saya malah ditawari petugas Trantib untuk mendirikan tenda di depan Kantor Pemkab Bogor di Cibinong," ujar Narto.
Tawaran itu langsung ditangkap. Dia mendirikan warung tenda dengan menu bebek goreng yang dinamakan "Bego". Selain tentu saja menu sate kambing. Perlahan tapi pasti warungnya banyak pembelinya. Hanya berselang dua bulan dia membuka satu cabang masih tak jauh dari lokasi yang pertama. Tak lama kemudian satu warung tenda dibuka lagi. Sehingga dalam waktu setahun setelah tergusur dia bisa mendirikan tiga warung tenda.
Merasa terlanjur "basah" di bisnis kuliner, Narto mengaku semakin menekuni kegiatannya itu. Apalagi ada 20 karyawan yang bekerja pada dia. Untuk itu tak jarang, sehabis menutup warung tenda ditengah malam, dia lanjutkan belanja sayuran ke pasar hingga subuh. Usaha-usaha pengembangan tak henti dilakukan. "Terpenting adalah mencari lokasi yang tepat," ujarnya.
Setelah berkali-kali tak berhasil, akhirnya dia mendapatkan lahan sewa di pinggir jalan baru Bogor-Parung. Di tempat yang kini semakin ramai setelah dibukanya jalan tol luar Bogor itu Narto menyewa lahan seluas 200 meter persegi selama 10 tahun untuk dirikan warung sate "Laka-laka" tahun 2010. Berarti dia butuh waktu tujuh tahun untuk bisa bangkit mendirikan warung lagi.
Pilihan Narto tidak salah. Warung yang didirikan di atas lahan sewa itu banyak dikunjungi pembeli. Menunya pun bervariasi. Selain menu utama sate kambing, dia juga menjual bebek goreng, ayam goreng, sop sapi, sate ayam, sop kambing. Selain berbagai minuman. Ia pun mengajak keluarga pemilik lahan itu untuk menjual es kelapa muda. Dia menyebut rata-rata untuk kambing dia bisa menghabiskan lima ekor.
Bulan Juni 2012, dia kembali membuka cabang sate "Laka-laka" di Kota Bogor. Di kawasan kuliner itu, dia mengaku menginvestasikan dana sekitar Rp 750 juta untuk sewa lahan dan mendirikan restoran. Kini dia lebih fokus mengelola dua restonya. Tiga warung tenda sudah ditutup. "Anak-anak (karyawan-red) pada ogah disuruh kerja di warung tenda mas. Jadi saat saya gilir ke sini pada tidak mau lagi ke warung tenda," ujarnya.
Sekarang Narto semakin menata pengelolaan usahanya. Dari sekitar 40 karyawan yang bergabung di bagi dalam dua bagian yaitu bagian produksi dan bagian pelayanan. Sedang untuk yang bertugas pada kasir, dalam sehari tiga kali melaporkan ke dia.
Label:
alat roti,
bisnis roti,
info alat roti,
Info pameran roti,
Kiat Bisnis Roti,
kuliner,
kursus roti,
mesin bakery,
Mesin roti,
mixer roti,
oven roti,
proofer,
resep roti,
toko roti,
usaha roti,
usaha sampingan
Senin, 04 Februari 2013
Fathurahman, Mendulang Untung dari Bisnis Kuliner Terapung
Menikmati santap malam sambil menyusuri Sungai Kapuas menjadi incaran turis asal Malaysia dan Brunei. Inilah yang menjadi ladang bisnis Fathurahman, pemilik kafe Banjar Serasan di Kota Pontianak.
"Bisa dibilang 40 persen tamu kafe ini adalah turis dari Malaysia dan Brunei. Sisanya berasal dari dalam negeri dan beberapa turis asing asal negara lain," ujar Fathurahman.
Diakui Fathur, dia memang menjalin kerjasama hampir dengan semua travel agent yang ada di Pontianak.
Makan sambil berpesiar dengan kapal Banjar Serasan sudah menjadi bagian dari city tour yang dikemas biro perjalanan di Pontianak. Tak hanya disuguhi menu khas seperti ayam api serasan, tumis pukis maupun asam pedas ikan serangin yang bercita rasa khas Melayu dengan beragam bumbu, para tamu juga mendapat suguhan panorama yang eksotik.
Saat sore menjelang petang saat matahari menuju peraduan, panorama sunset terlihat sangat menakjubkan. Semburat warna jingga di langit biru serta kecipak ombak kecil dengan balutan angin sepoi-sepoi menjadi daya tarik bagi tamu. Sedang saat malam menjemput siang pemandangan lampu-lampu di kota membuat suasana romantis di dalam perahu.
Fathurahman memberikan pilihan dua trip bagi para tamunya. Jika siang hari kapal Banjar Serasan akan berangkat dari Serasan menuju Alun Kapuas hingga Tugu Khatulistiwa dan kembali lagi dengan durasi sekitar 1,5 jam. Sedang saat malam dari Serasan sampai Alun Kapus kembali ke Serasan butuh waktu sekitar 40 menit. "Namun jika hujan dan berangin saya tidak izinkan kapal berjalan mengangkut tamu," papar dia.
Dia mematok tarif sebesar Rp 400 ribu sekali trip. Saat ini kapal yang dia miliki bisa menampung 25 orang. Namun dia sudah menyiapkan satu kapal lagi yang mampu menampung 60 orang. Fathur memang membuat sendiri kapal-kapal yang dijadikan kafe. Jika pada kapal yang pertama menggunakan mesin Isuzu Panther. Sedang, pada kapal kedua dia pasang mesin Mitsubhisi PS 120.
Saat mengawali usaha tahun 2001, Fathur hanya menggunakan keramba terapung dengan tenda-tenda dari sponsor. Para pembeli lesehan di atas keramba. Kafe perahu mulai dirintis 2006. Itu setelah dia membangun kafe permanen di tepi sungai Kapuas tepatnya di dekat dermaga Serasan.
"Masakan tidak dibuat di kapal namun di dapur resto permanen. Jadi setelah menu yang dipesan para tamu disajikan, baru kapal berlayar," ujar Fathur. Pada setiap trip ada dua pelayan, juru kemudi dan seorang ABK. Namun, menurut Fathur, jumlah petugas disesuaikan dengan jumlah tamu terutama untuk memberikan pelayanan yang baik kepada para tamu.
Saat ini kafe yang memberikan layanan berlayar menyusuri Kapuas memang baru yang dikelola Fathur. Untuk itu dia optimistus usahanya masih akan berkembang. "Saya optimis dengan wisata kuliner sambil berlayar ini," ujar Fathur. Hanya saja dia berharap dukungan infrastuktur berupa dermaga dari Pemerintah Kota. Terutama agar turis bisa turun mengunjungi Tugu Khatulistiwa.
"Bisa dibilang 40 persen tamu kafe ini adalah turis dari Malaysia dan Brunei. Sisanya berasal dari dalam negeri dan beberapa turis asing asal negara lain," ujar Fathurahman.
Diakui Fathur, dia memang menjalin kerjasama hampir dengan semua travel agent yang ada di Pontianak.
Makan sambil berpesiar dengan kapal Banjar Serasan sudah menjadi bagian dari city tour yang dikemas biro perjalanan di Pontianak. Tak hanya disuguhi menu khas seperti ayam api serasan, tumis pukis maupun asam pedas ikan serangin yang bercita rasa khas Melayu dengan beragam bumbu, para tamu juga mendapat suguhan panorama yang eksotik.
Saat sore menjelang petang saat matahari menuju peraduan, panorama sunset terlihat sangat menakjubkan. Semburat warna jingga di langit biru serta kecipak ombak kecil dengan balutan angin sepoi-sepoi menjadi daya tarik bagi tamu. Sedang saat malam menjemput siang pemandangan lampu-lampu di kota membuat suasana romantis di dalam perahu.
Fathurahman memberikan pilihan dua trip bagi para tamunya. Jika siang hari kapal Banjar Serasan akan berangkat dari Serasan menuju Alun Kapuas hingga Tugu Khatulistiwa dan kembali lagi dengan durasi sekitar 1,5 jam. Sedang saat malam dari Serasan sampai Alun Kapus kembali ke Serasan butuh waktu sekitar 40 menit. "Namun jika hujan dan berangin saya tidak izinkan kapal berjalan mengangkut tamu," papar dia.
Dia mematok tarif sebesar Rp 400 ribu sekali trip. Saat ini kapal yang dia miliki bisa menampung 25 orang. Namun dia sudah menyiapkan satu kapal lagi yang mampu menampung 60 orang. Fathur memang membuat sendiri kapal-kapal yang dijadikan kafe. Jika pada kapal yang pertama menggunakan mesin Isuzu Panther. Sedang, pada kapal kedua dia pasang mesin Mitsubhisi PS 120.
Saat mengawali usaha tahun 2001, Fathur hanya menggunakan keramba terapung dengan tenda-tenda dari sponsor. Para pembeli lesehan di atas keramba. Kafe perahu mulai dirintis 2006. Itu setelah dia membangun kafe permanen di tepi sungai Kapuas tepatnya di dekat dermaga Serasan.
"Masakan tidak dibuat di kapal namun di dapur resto permanen. Jadi setelah menu yang dipesan para tamu disajikan, baru kapal berlayar," ujar Fathur. Pada setiap trip ada dua pelayan, juru kemudi dan seorang ABK. Namun, menurut Fathur, jumlah petugas disesuaikan dengan jumlah tamu terutama untuk memberikan pelayanan yang baik kepada para tamu.
Saat ini kafe yang memberikan layanan berlayar menyusuri Kapuas memang baru yang dikelola Fathur. Untuk itu dia optimistus usahanya masih akan berkembang. "Saya optimis dengan wisata kuliner sambil berlayar ini," ujar Fathur. Hanya saja dia berharap dukungan infrastuktur berupa dermaga dari Pemerintah Kota. Terutama agar turis bisa turun mengunjungi Tugu Khatulistiwa.
Label:
alat roti,
bisnis roti,
info alat roti,
Info baking demo,
Kiat Bisnis Roti,
kuliner,
kursus roti,
mesin bakery,
Mesin roti,
mesin roti bekas,
mixer roti,
oven roti,
proofer,
resep roti,
toko roti,
usaha roti
Langganan:
Postingan (Atom)