Berawal dari kesukaan menyantap roti, Maya Donna sukses menjadi salah satu produsen roti ternama di Palembang. Omzetnya dalam sebulan mencapai Rp 200 juta. Dengan 25 karyawan, ia memproduksi ribuan roti saban hari.
Berangkat dari hobi, Maya Donna sukses mengembangkan usaha pembuatan roti di Palembang, Sumatra Selatan. Di bawah bendera usaha CV Adya Pratama, ia memproduksi roti dengan merek My Bakery. Dalam sehari, ia memproduksi sebanyak 1.000 roti manis aneka rasa, 500 roti kombinasi, 250 bungkus roti tawar, serta puluhan snack dan kue lain untuk keperluan meeting dan acara lainnya. "Kami juga sering melayani pesanan kue blackforest setiap hari," ujar ibu dua putri ini.
Untuk membuat roti sebanyak itu, Maya dibantu 25 karyawan dan menghabiskan sekitar 175 kilogram tepung terigu per hari. Guna menopang penjualan, dia membuka delapan gerai di Kota Pempek itu.
Dua dari delapan gerai itu adalah milik Maya. Sisanya kepunyaan teman dan kerabat yang menjadi mitra usahanya. "Kebetulan sejak awal 2012 lalu saya membuka kemitraan terbatas," katanya seperti dikutip dari Kontan.co.id.
Maya mengaku, dari seluruh roti yang ia bikin, sekitar 90%-nya habis terjual setiap harinya. Dengan harga jual sekitar Rp 5.000 per pieces, dia meraup omzet Rp 7 juta - Rp 8 juta sehari, atau rata-rata Rp 200 juta sebulan. Sayang, ia tak menyebut berapa laba yang diperolehnya dari usaha ini.
Selain menjual lewat gerainya, Maya juga menitipkan produk rotinya ke beberapa toko kelontong di sekitar Palembang. "Kami bersyukur cara itu sejauh ini cukup efektif mendongkrak penjualan," ungkap istri Ardiansyah ini.
Atas prestasinya itu, Maya pun masuk sebagai finalis Wirausaha Muda Mandiri 2012 yang diselenggarakan oleh Bank Mandiri.
Sebelum merintis usaha ini, Maya bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan penghasil tepung terigu. Di perusahaan itu, ia bekerja selama dua tahun, sebelum akhirnya memilih untuk mundur dan memulai bisnis roti dari nol. "Kebetulan saat itu saya punya anak bayi berusia lima bulan, sehingga tak memungkinkan untuk ditinggal bekerja," tutur Maya.
Bisnis roti ini Maya rintis sejak Mei 2008 lalu. Usaha tersebut dia pilih karena sejak kecil doyan makan roti. Tidak hanya penyuka roti, ia juga hobi membuat aneka kue dan roti.
Sebagai penyuka roti, dia melihat di kotanya belum ada produsen roti yang membidik konsumen kelas menengah. Kebanyakan, hanya menyasar kalangan bawah dan atas.
Untuk kalangan atas, produk roti di Palembang dijual dengan harga paling murah Rp 8.000 per pieces. Sementara untuk kelas bawah dibanderol seharga Rp 1.500 per pieces.
Karena belum ada yang fokus menggarap segmen menengah, Maya kemudian memutuskan untuk mengisi kekosongan pasar itu. Di segmen pasar ini, ia menjual rotinya di kisaran harga Rp 5.000 per pieces. "Roti untuk kalangan menengah adalah roti yang murah, enak, dengan kemasan yang menarik," jelasnya.
Setelah empat tahun berjalan, roti buatan Maya kini semakin diminati warga Palembang dan sekitarnya. Merek rotinya pun mulai dikenal masyarakat.
Duuuuhhh pengen banged jadi juragan roti... bagus bnged artikelnya bisa jadi motifasi bwt w..mksl ya... :)
BalasHapus